Posted by : Unknown
Jumat, 22 Agustus 2014
Setiap
kali saya memutar televisi untuk mengetahui apa berita terbaru yang sedang
booming, sering kali saya dengar ‘berita tentang UAN’ yang banyak diantaraya
mengungkapkan bahwa, UAN tahun ini adalah yang terburuk. Mengapa demikian?
Karena tidak sedikit sekolah yang telat menghadapi UAN, dikarenakan pengiriman
yang lambat. Selain itu, ada beberapa siswa yang mengandalkan kunci jawaban
bukan kemampuan pribadi. Padahal, kunci jawaban belum bisa menjamin kelulusan
siswa. Yang jadi masalah adalah, siapa pengedar kunci jawaban tersebut tidak
ditelusuri dan ditangani dengan tuntas oleh pihak yang berwajib. Jadi, besar
kemungkinan hal seperti ini terulang lagi dan mimpi menteri pendidikan untuk
mewujudkan generasi bangsa yang jujur bisa dikatakan gagal.
Kalau
kita cari tahu apa sebenarnya penyebab para siswa melakukan hal tersebut
alasannya sangat sederhana. Mereka hanya ingin lulus alias tidak ingin
mengulang selama 1 tahun lagi. Ya, mereka semua termasuk saya pasti takut
dengan UAN yang menunutut nilai sebagai standar kelulusan. Bagaimana
bisa, hidup selama 3 tahun tahun ditentukan hanya dalam jangka waktu 4 hari.
Kebetulan saya juga siswa yang pernah mengalami ganasnya UAN dan setiap saya
masuk ruangan dan mulai mengerjakan soal, tangan saya berkeringat dingin dan
sering kali tangan bergetar sendiri. Ditambah lagi pengawas yang lirik sana
lirik sini menambah susana menjadi tampak kusam. Padahal jauh-jauh hari saya
sudah mempersiapkan mental dan otak saya untuk UAN dan tidak lupa berdoa. Namun,
rasa gelisah tetap menyelimuti saya.
Apa
sih tujuan menteri pendidikan repo-repot menyelenggarakan UAN?
Tujuannya
hanya satu, bapak menteri ingin mengetahui seberapa besar potensi para generasi
muda zaman sekarang. Generasi yang akan mengusung Indonesia dimasa mendatang.
Apakah berita gembira, kualitas generasi muda meningkat tajam. Ataukah berita
duka, kualitas generasi muda menurun drastis. Jawabannya bisa dilihat waktu
pengumuman kelulusan. Namun, tanpa menunggu lama saya sudah mengetahui seperti
apa kualitas generasi muda zaman sekarang. Pada paragraf pertama, tentang
kecurangan siswa, itulah jawabannya. Saya harap hanya beberapa saja, buka
semuanya. Karena saya meninginkan ramalan jayabaya segera terwujud. Dia
mengatakan yang intinya, “kelak dimasanya, Indonesia akan mengalami puncak
kejayaan”.
Menanggapi
mimpi bapak menteri pendidikan yang ingin meningkatkan mutu pendidikan dengan
menyelenggarakan UAN. Menurut saya sampai kapanpun bisa dipastikan mimpi
tersebut tidak akan terwujud. Karena seyogyanya, yang ditingkatkan harusnya,
bagaimana setiap sekolah bisa memberi tuntunan baik dan mengarahkan menuju masa
depan yang cerah bagi siswa dan juga bangsa. Tentunya dimulai dari kegiatan
belajar mengajar yang baik. Seperti, menanamkan kepribadian yang baik,
mengembangkan kreatifitas, mengasah potensi diri, memberikan wawasan mengenai
masa depan, menanamkan jiwa nasionalis dan patriotis, menanamkan jiwa cinta
tanah air dan budaya yang kian hari kian luntur dan lain-lain. Berbicara
tentang kepandaian siswa memahami pelajaran yang dari masa ke masa mengalami
kemerosotan, hal ini dikarenakan terlalu banyak mapel dan pembahasannya kurang
efektif. Sebagai contoh, ada 4 mapel dalam satu hari. Sehingga membuat siswa
menjadi stress. Harusnya, dalam 1 hari maksimal ada 2 mapel, sehingga siswa
mampu belajar secara maksimal tanpa beban.
Saya ulas lagi
mengenai UAN. Ada beberapa dampak negatif yang disebabkan UAN. Pertama, bisa
menjadi ladang untuk korupsi. Kedua, menghabiskan dana negara terlalu banyak
dan hasilnya-pun tidak terlalu memuaskan. Ketiga, UAN menjadi momok terbesar
bagi siswa yang hendak lulus. Karena UAN menuntut nilai bukan kualitas pribadi.
Saya tidak akan menjelaskan tiga dampak tersebut, karena saya yakin para
pembaca bisa memahaminya. Disamping dampak negatif tentu ada dampak positif,
yaitu menjelang UAN tempat-tempat peribadatan menjadi lebih ramai dari biasanya
dan para siswa lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
Dari beberapa
ulasan di atas, kita dapat menyimpulkan. Pertama, jika menteri pendidikan ingin
mewujudkan mimpinya dan juga kualitas pribadi generasi bangsa meningkat. Yang
harus diutamakan bukanlah penyelesaiannya, melainkan caranya. Yaitu dengan
membenahi sistem pendidikan bangsa agar menjadi lebih efektif dan efisien.
Kedua, tentu tidak ada yang menginginkan generasi bangsa menjadi generasi licik
dan memiliki prinsip menghalalkan segala cara untuk memeroleh kepuasan yang
nantinya bisa menjadi para koruptor. J langkah awalnya adalah menghapus UAN dan
merubah tuntutan kelulusan dari nilai menjadi kepribadian.
Ketiga, dari pada menghabiskan anggaran negara untuk sesuatu yang sudah jelas
merugikan, lebih baik anggaran tersebut ditabung untuk membangun fasilitas
negara atau hal lain seperti pembangunan monorel. Terakhir, jika kita
menginginkan generasi yang akan mengusung Indonesia menjadi lebih baik, maka
harus ada kerja sama dari semua golongan. Karena selogisnya, seberbakat apapun
orang, jika sendirian tidak akan mampu mengubah apapun, jadi deperlukan kerja
sama dan ikatan yang kuat. Jangan sampai kita bertarung dan berdebat dengan
teman sebangsa kita sendiri, karena hal tersebut tidak ada gunanya. Agar lebih
akurat, saya katakan lagi, UAN sebaiknya dihapuskan dari kamus dunia pendidikan
karena UAN tidak memberi dampak positif bagi bangsa dan juga generasi muda,
justru UAN malah memperburuk keadaan.